Warga Gadog Gelar Takiran Sedekah Bumi

Reportika || Kab Bekasi – Takiran Sedekah Bumi yang diselenggarakan oleh warga Gadog RT 06 RW 01 Desa Kuntili Kecamatan Sumpiuh, Kab Banyumas Jawa Tengah yang dilaksankan di pertigaan jalan warga, Minggu (30/7/2023).

Hadir pada kegiatan tersebut tokoh masyarakat, Ketua RT 06 Bapak Suratno Ketua RW 01 Bpk. Ansori, Ketua Kadus RW 01 Bpk. Heri Hermawan Ketua karang Taruna RW 01 dan Babinsa Desa Kuntili, kec.Sumpiuh, tokoh masyarakat dan tokoh ulama maupun tokoh adat, serta masyarakat Kuntili Gadog RT 06 RW 01 Desa Kuntili, Kec.Umpiuh, Kab.Banyumas Jawa tengah

Suratno yang merupakan Ketua RT 06 RW 01 mengatakan kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin tahunan di bulan Muharam. Warga dari 6 RT yg masing masing mengadakan kegiatannya d setiap lingkungan RT nya Beda dengan tahun yg sebelumnya kegiatan seperti ini di lakukan secara bersama di depan lingkungan kantor sekretariat RW 01 Desa Kuntili, namun untuk kegiatan tahun ini di lakukan di setiap lingkungan RT, Khususnya RT 01 dan RT 06 RW 01, jadi yang mengadakan di kantor sekretariat RW hanya RT 02, RT 03, RT 04 dan RT 05, kenapa demikian mengingat sekaligus warga melaksanakan kerjabakti lingkungan guna menyambut HUT RI 78, Gerumbul warga Gadog membawa takir yang d bungkus dengan daun pisang . semangat gotong royong warga yg begitu semangat yang masih begitu tinggi nilai sosialnya.

“Kami bersama warga tidak pernah melewatkan momen Sedekah Bumi di bulan Sura ini. Sudah naluri untuk mengikuti takiran sebagai tradisi turun temurun sejak dulu,” ujarnya.

Kehadirannya di acara tersebut adalah sebagai upaya mempertahankan tradisi Sedekah Bumi menjadi adat dan budaya yang harus dilestarikan.

“Di samping kita melestarikan adat budaya para leluhur, sisi positif di sini kita dapat bersilaturahmi bersama warga masyarakat untuk menuai keberkahan,” imbuh Suratno ketua RT 06. Saat di konfirmasi lewat WhatsApp.

Kyai Musman sebagai tokoh agama menyampaikan, sebagai desa majemuk dalam agama dan budaya, tradisi takiran sedekah bumi diibaratkan pendingin. Sebab, tradisi takiran ini wujud nyata kebersamaan antar umat beragama.

“Setiap warga yang datang minimal membawa 12 takir,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan, terdapat filosofi yang terkandung dalam jumlah takir. Di mana selama kurun waktu satu Tahun yang telah terlewati, manusia telah makan dari hasil bumi. Sedangkan tidak setiap hari dapat bersedekah. Namun, setidaknya di setiap bulannya dapat memberikan sedekah. Bentuk rasa syukur atas hasil bumi yang telah dinikmati.

“Satu bulan sedekah satu takir. Sehingga dalam satu tahun terhitung ada 12 takir,” terangnya.

Diakhir acara, warga saling tukar takir hingga sudah tidak ada lagi yang milik sendiri. Lalu, warga makan bersama menikmati takir.

NHS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *