Reportika.co.id || Morowali, Sulteng – Kabupaten Morowali yang kini menjadi pusat perhatian, baik para investor maupun Pemerintah Pusat bahkan melahirkan kesan sebagai wilayah yang amat seksi, hal itu dilihat dari sisi pengembangan wilayah yang sangat jelas perubahannya.
Tak bisa Disangkal, Morowali dari julukan populer yang trendi disebut kota Yuan, menelaah julukan sudah barang tentu mengisyaratkan bentuk kolaborasi sistim kesepakatan kerja yang gemilang dilingkup pemerintah, legislatif serta sejumlah perusahaan yang berinvestasi di Morowali.
Pembuktian lain keseriusan pemerintah memerhatikan wilayah, yakni terbitnya rencana Pemerintah Pusat menjadikan wilayah Morowali titik infrastuktur nasional¸ sudah barang tentu landasan kuat perencanaannya bersumber dari kenyataan bahwa wilayah Morowali memiliki kekayaan yang melimpah dari hasil buminya, Tetapi apakah unsur Sumber daya manusianya include didalamnya.
Dibalik meroketnya Morowali salahsatu sebagai Negeri terkaya, ternyata masih ada warga yang hampir terlupakan bahkan sama sekali tidak tersentuh produk, atau program Pemerintah ataupun terjamah oleh aspirasi Anggota Dewan dari Dapil didaerah itu.
Mirisnya terdapat 3 Desa yang berada di kepulauan menui serta 2 Desa di wilayah daratan, warganya mengungkapkan hal yang menohok.
“Kami bukan seperti warga lainnya yang sering mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah, apalagi menyangkut pemberian bantuan, padahal kami juga warga Morowali. Selain dari keluhan warga tersebut ada lagi yang lebih menyedihkan, warga yang ada di dua Dusun di Desa yang berbeda di Kecamatan Bungku pesisir 30 KK, sama sekali tidak tersentuh program Pemerintah, seolah menjadi warga yang terisolir sebagai warga yang sengaja dipilah. Sehingga tidak mendapatkan hak pemberdayaan sebagai warga.
Terungkapnya sejumlah warga yang memilukan itu, bermula dari kesan pintas salah, seorang Caleg dari partai Golkar nomor urut 10 Dapil 2 bersama tim media hendak membuktikan adanya informasi dibangunnya rumah ibadah yang asri nan indah mempunyai ciri khas posisi tempatnya berada di atas bukit yang diapit beberapa bukit bukit kecil.
Jarak tempuh menuju lokasi warga kurang lebih 30 menit, dalam perjalan nampak terlihat di kiri kanan jalan adanya jalan alternative milik perusahaan yang membentang diantara pohon sawit milik warga, sisi bukitnya bekas kerutan alat berat menyisakan tanda telah terkelola,” pungkasnya.
“Saat samapi ditujuan, sejumlah warga yang berada dilokasi melihat kedatangan tim, serempak semuanya memberi rasa hormat dan menyapa dengan nada santun, mempersilahkan ikut bergabung, spontan Tim sempat menarik perhatian dari warga lainya, padahal maksud tujuan tim ingin melihat Rumah ibadah yang viral, namun karena keinginan warga ingin bersua kata dengan tim mau tidak mau tim pun mengikuti keinginan warga, saat itulah pernyataan dan rasa keluh warga tersampaikan, iba hingga tak disadari mata meneteskan air mata, pasalnya warga setempat yang berada di trans 2 Desa Buleleng selama 10 tahun tidak perna mendapatkan perhatian dari Pemerintah maupun para anggota dewan yang telah duduk saat ini,” tambahnya.
“Selama 10 tahun kami tidak pernah tahu yang namanya bantuan dari Pemerintah, Baik itu bantuan sosial maupun lainnya, Termasuk tempat ibadah yang saat ini sedang dibangun, ibadah hanya saja belum lama ini ada bantuan yang diberikan Pemerintah Desa bantuan bahan bangunan untuk tempat ibadah, namun bantuan tersebut berasal dari perusahaan, intinya kami yang mendiami trans 2 selama 10 tahun baru satu kali mendapat bantuan,” keluh warga.
Mendengar pengakuan warga Irman meneteskan air mata tertunduk iba, demikian nampak yang juga dirasakan sejumlah orang yang ikut bersama dalam kesempatan itu, atas nama pribadi berkata Irman, dengan nada penuh prihatin, prinsipnya kami mengunjungi trans 2 di Desa Buleleng berniat ingin bersantai ingin melihat pemandangan yang asri yang kebetulan bahwa di Trans 2 memiliki telah dibangun rumah ibadah yang mempunyai ciri khas khusus.
“Tetapi setelah memaknai keinginan warga pribadi saya berupaya akan meringankan beban warga yang ingin mendirikan pura Bukan karena saya seorang Caleg sampai berkeinginan memberikan bantuan namun melihat sisi kebutuhan kemanusian yang harus diwujudkan apalagi menyangkut tempat ibadah, menjadi tanggung jawab untuk saling membantu menjalin toleransi agama jujur saja selaku anak daerah saya sangat prihatin atas apa yang dirasakan warga trans 2,” pungkas Irman.
Spontan warga yang berkumpul serempak mengaminkan, lalu berkata semoga dengan kedatangan tim ke trans 2 akan menjadi amanah warga untuk kedepannya dapat menyampaikan bahwa masih ada di wilayah Morowali warga yang butuh diperhatikan dan dijamah oleh Pemerintah sehingga dapat berdaya seperti warga lainnya.
sebut dijadikan dalam menerapkan bentuk regulasi pembangunan yang bertautan dengan program Pemerintah dalam menggenjot pemberdayaan kemasyarakatan yang mengarah pada kesetaraan kesejahteraan.
Darman