Reportika.co.id || Kota Bekasi – Setelah peristiwa tindakan premanisme, para warga penghuni apertemen Kemang View membeberkan terkait hak kepemilikan unit yang telah di beli sejumlah warga merasa tertipu oleh pengembang PT Anugrah Duta Mandiri (ADM), lantaran apertemen yang sudah lunas tak kunjung diberikan surat resmi atau sertifikat kepemilikannya selama bertahun tahun.
Dalam pertemuan forum pertemuan yang digelar para warga penghuni apartemen Kemang View yang berlokasi di Bekasi Selatan, Kota Bekasi pada Waktu Sabtu Sore (12/04/2025)
Tak hanya itu, berbagai fasilitas seperti air, listrik dan parkiran menuai masalah. Lift yang tidak menyala serta unit hunian yang tidak dibangun dengan layak turut menjadi persoalan.
Andi Zamidi, salah seorang pemilik unit mengaku telah melunasi pembelian unit sejak 2014. Namun hingga kini 2025 dirinya hanya memegang kwitansi sebagai bukti kepemilikan tanpa ada PPJB dan sertifikat sama sekali.
“Ini gila sudah penipuan secara masif dan terang benderang. Unit saat dicek tanpa ada toilet dan wastafel berikut dinding bangunan yang banyak retak. Ternyata memang seperti itu, semua penghuni harus merogoh kocek pribadi agar layak huni. Saya katakan saya ini hanya pembeli di sini, bukan pemilik. Karena saya belum diberikan sertifikat ataupun PPJB sama pengembang. Anda bisa bayangkan, saya hanya mengantongi kwitansi pelunasan dan unit yang amburadul tak layak huni,” papar Andi saat ditemui dalam rangka halal bihalal warga Kemang View apartemen, Sabtu (12/4).
Di kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun, Hitler P. Situmorang mengungkapkan keprihatinan penghuni atas polemik masalah Apartemen Kemang View.
“Berdasarkan peraturan menteri PUPR setelah P3SRS resmi dibentuk makan 100 setelahnya pengembang wahib menyerahkan tanah bersama, milik bersama dan benda bersama. Yakni balai warga, kantor P3SRS, parkiran dan lainnya. Namun hingga kini, kita pengurus P3SRS periode kedua tidak ada itu dilakukan pengembang,” jelas Hitler.
“Kami disini penghuni semua bahkan hingga kini belum ada yang memiliki sertifikat sama sekali. Fasilitas berantakan dan justru kami mendapat tekanan dari petugas keamanan yang diamanatkan pengembang yang sudah bertindak layaknya premanisme,” lanjut Hitler
(Sule)