Ruas Jalan Penghubung Rawan Longsor dan Minim Rambu-rambu, Pengendara Di Sukabumi Was Was

Reportika || Sukabumi -Jalur jalan yang menghubungkan Cimerang – Bojonglopang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, rawan longsor dan masih minim rambu-rambu tanda bahaya dan lampu penerangan jalan umum (PJU).

Informasi yang dihimpun, di sepanjang jalur jalan milik Kabupaten Sukabumi terdapat banyak tebing dan jurang yang rawan longsor serta belokan tajam yang mengancam keselamatan pengguna jalan.

Para pengendara motor yang melintas sering berhadapan dengan maut dan terjebak oleh tanah longsor. Mereka tidak dapat melakukan persiapan karena tidak ada rambu-rambu peringatan dini yang memadai untuk mengetahui bahaya di sepanjang jalur. Bagi pengendara yang baru pertama kali atau jarang melewati jalur tersebut, ancaman kecelakaan sangat tinggi.

“Kami saat melintas harus melewati jalur yang dipenuhi jurang, tebing, dan belokan tajam. Rambu-rambu yang tersedia juga tidak cukup untuk memberikan peringatan kepada para sopir akan bahaya di lokasi rawan longsor,” kata Udin Samsudin (55), salah seorang warga yang kerap melintas jalur Cimerang – Bojonglopang ketika ditemui Reportika, Senin (10/10/22).

Salah satu titik yang  paling mengancam keselamatan pengendara terdapat di Jalur Cimerang – Bojonglopang, Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini sudah dekat ke perbatasan dengan Kecamatan Jampang Tengah. Disepanjang jalan membetuk jalur berkelok-kelok yang disertai tikungan tajam yang menanjak. Di kanan kiri jalan terdapat jurang dan tebing.

“Untuk mengurangi kecelakaan di sepanjang jalan harus dipasang rambu-rambu dan lampu PJU. Selain rawan kecelakaan, jalur ini juga ditakuti adanya kejadian tindak kejahatan oleh perampok dan pencoleng jalanan. Saya mengusulkan pemasangan rambu-rambu tanda bahaya dengan ukuran yang besar-besar agar mudah terbaca,” ungkap Udin.

Pengendara sepeda motor sebut saja, Samsul Arif (47) menambahkan, bahaya lain yang mengancam mobil dan motor di sepanjang Jalan Cimerang – Bojonglopang, adalah  air bercampur tanah yang mengaliri badan jalan saat hujan. Penyebabnya, sistem drainase di pinggir jalan sangat buruk hingga tidak dapat mengalirkan air hujan ke salurannya.

“Oleh karena itu, kedepan diharapkan kondisi saluran drainse dan tebing yang terancam longsor agar terus dilakukan peningkatan dengan membuat tembok penahan tanah,” tandas Samsul.

 

Rinto Wahyudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *