Ribuan Hektar Sawah Kekeringan, Pj Bupati Bekasi Dedy Supriyadi Beri Solusi Jangka Panjang

Reportika || Kab Bekasi – Memasuki musim kemarau ribuan sawah milik para petani di wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengalami kekeringan, akibatnya tak sedikit petani yang harus mengalami gagal tanam karena sawah-sawah mereka sudah tidak lagi mendapatkan pasokan air.

Selain curah hujan yang sedikit, kekeringan pada sawah milik petani disebabkan oleh air di sejumlah aliran kali debitnya semakin menyusut yang mengakibatkan saluran irigasi ikut mengering dan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan air di sawah-sawah para petani.

Merespon hal tersebut, Pj Bupati Bekasi Dedy Supriyadi meninjau langsung di 3 titik pintu air atau bendungan yang merupakan pintu masuknya air ke sejumlah Kecamatan di wilayah utara Kabupaten Bekasi.

Dari tinjauannya ke 3 titik pintu air, yaitu di Cilemah Abang, Kecamatan Cikarang Utara, pintu air CBL serta pintu air Rawalele di Kecamatan Cibitung, Dedy mengatakan beberapa penyebab air tak lagi mengalir diakibatkan oleh adanya penyempitan pada Cross Drain (saluran gorong-gorong) sehingga diperlukan upaya normalisasi dan perbaikan di pintu air.

“Jadi intinya, pemerintah daerah hadir bersama semuanya ini akan kita tangani. Jadi prinsipnya kami pemerintah daerah akan berkomitmen untuk penanganan ini, di tahun ini dari dana anggaran BBWS mungkin perbaikan dari bendungan, kemudian kita akan bangun di tahun 2025, insyaallah jembatan supaya air bisa lancar,” jelas Dedy saat meninjau pintu air di Sukajaya, Kecamatan Cibitung, Selasa (20/8/24).

Selain normalisasi serta perbaikan pada pintu air atau bendungan yang ada, kata Dedy juga nantinya akan dilakukan penataan disepanjang bantaran kali. DanĀ  menurut Dedy juga perlu melibatkan BBWS dan TNI dari Kodim 0509 Kabupaten Bekasi agar hal tersebut bisa terealisasi.

“Karena memang ini kali pembuangan ya, tapi karna ini sifatnya urgent darurat artinya kita upayakan maksimal. Dan juga nanti akan nada penataan kanan kiri sungai ya terutama jangan sampe kita lakukan nanti kegiatan normalisasi, kanan kirinya bangunan-bangunan liar ya akan sangat menggangu,” tegasnya.

Lebih lanjut menurutnya, guna mengatasi permasalahan para petani yang ada di 19 Desa dan ada sekitar 7.000 hektar sawah yang kerap mengalami kekeringan diperlukan langkah kongkrit pemerintah daerah.

“Kita akan lakukan upaya konkrit yang dilakukan pemerintah daerah bersama-sama SKPD terkait. Ini jagan sampai, disini ada 19 desa yang akan teraliri dan sawah sekitar 7000 hektar lebih. Ini Tentunya tidak bisa dibiarkan dan harus kita tuntaskan permasalahan ini supaya juga agar terjaga ketahanan pangan di wilayah sini,” ungkapnya.

Sementara itu, perwakilan petani Saripudin (39) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) bagian Irigasi Kecamatan Sukatani meminta Pemerintah untuk bisa segera memberikan solusi bagi para petani, yang setiap tahunnya harus mengalami kerugian akibat gagal tanam dan gagal panen lantaran debit air di aliran sejumlah kali tak mampu memenuhi kebutuhan pertanian.

Dalam kunjungan Pj Bupati Bekasi itu, Saripudin juga menyampaikan sejumlah keluhan dan kendala yang dihadapi oleh para petani. Salah satunya, Ia menyebut banyaknya tanggul kritis, pendangkalan aliran kali hingga banyaknya bangunan liar disepanjang aliran kali tersebut.

“RIbuan hektar banyaknya, di Kecamatan Sukatnai aja sampai 740 hektar. Kalau mungkin dari 5 kecamatan itu mungkin kayaknya ribuan hektar, 3 ribu lebih.
Harusnya sebentar lagi panen, tinggal menunggu hari,” kata Saripudin.

“Ya kalau sekarang ini mungkin gagal nyawah, gagal tanam. Tapi tahun kemarin itu banyak sekali yang gagal panen, karena airnya kurang jadi nyawahnya itu gak serempak, otomatis hama selaluĀ  berpindah-pindah gitu,” lanjutnya.

Jadi, kata Saripudin warga di Kecamatan Sukawangi, Sukatani, Cibitung, Tambun Utara, Tambelang serta sejumlah Kecamatan lainnya yang ada di wilayah Utara Kabupaten Bekasi sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, sehingga akibat dampak kekeringan harus menanggung beban kerugian yang juga berdampak bagi perekonomian mereka.

“Kalau petani itu mengandalkan pertaniannya sawahnya gitu. Sedangkan ini kebutuhannya untuk keluarga, bahkan gara-gara petani gak nyawah dampaknya besar sekali, buat perdagangan, apalgi anak sekolah,” tutupnya.

Ekka/Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *