Reportika.co.id || Lampung Selatan, Lampung – Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bob Bazar Kalianda, Lampung Selatan, dr. Reny Indrayani tentang penunjukkan vendor pengelolaan parkir berujung ricuh.
Kericuhan tersebut, diduga dipicu oleh prilaku kesewenang-wenangan pihak vendor yang baru dalam mengelola parkir, terhadap para juru parkir yang notabene adalah masyarakat Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun awak media terjadinya kericuhan tersebut adalah sebab dari runutan masalah yang sudah berlangsung cukup lama. Yakni sejak adanya rencana pemutusan kontrak kerjasama dari managemen RSUD terhadap BUMD PT. Lampung Selatan Maju (LSM).
Alasannya, hasil evaluasi yang dilakukan pihak RSUD memberi catatan penilaian bahwa pengelolaan parkir oleh PT. LSM tidak transparan. Sehingga, income dari retribusi parkir tidak jelas.
*Pekerja Juru Parkir Resahkan Nasib Mereka*
Mendengar informasi itu, sejumlah pekerja juru parkir yang secara mayoritas adalah masyarakat di sekitar rumah sakit itu meresahkan nasib mereka kedepan, jika kontrak kerjasama tersebut ternyata benar di putus.
*Tokoh Pemuda dan Masyarakat Setempat Upayakan Mufakat*
Menyikapi banyaknya kekhawatiran dari sejumlah warga Desa Kedaton itu, tokoh pemuda setempat, Sahirul Hidayat berupaya untuk menemukan jalan tengah sehingga dapat menjadi solusi bagi sejumlah pekerja yang resah tersebut.
Sahirul Hidayat kemudian melakukan sejumlah upaya konstruktif untuk bisa bertemu dan bermusyawarah dengan pihak managemen RSUD Bob Bazar. Ia berharap, melalui upaya ini pihak rumah sakit dapat memegang komitmen kearifan lokal yang sudah diterapkan oleh dua perusahaan lainnya yang pernah menjadi vendor pengelolaan parkir.
*Upaya Mufakat Justru Direspon Negatif*
Namun sayangnya, upaya yang dilakukan tokoh pemuda terebut justru mendapat respon yang negatif dari pihak managemen rumah sakit. Perspektif yang timbul justru bertolak belakang dengan fakta yang sebenarnya. Kedatangan mereka dituding hendak membuat onar dan akan mengganggu kondusifitas rumah sakit.
*Tokoh Pemuda Bercerita Fakta Kontribusi Masyarakat Sekitar*
Hidayat juga menceritakan, sejak sebelum adanya penerapan modernisasi dalam pengelolaan parkir di rumah sakit plat merah tersebut, puluhan warga desa setempat memang tiap harinya terlibat aktif dalam stabilitas operasional fasilitas kesehatan milik negara itu.
Baik itu menjadi tukang jaga kendaraan pasien, berdagang makanan, hingga membantu pasien atau keluarga pasien dalam menerapkan mekanisme dan prosedur untuk mendapatkan layanan kesehatan disana.
“Bahkan sejak rumah sakit ini berdiri, warga Desa Kedaton-lah yang berkontribusi untuk bagaimana dapat menjaga kelancaran operasional rumah sakit. Baik pada aspek legalitas, kapasitas, kapabilitas hingga urusan kondusifitas. Sebab, warga Desa Kedaton merasa memiliki tanggungjawab juga karna rumah sakit ini berdomisili di kampung kami,” terang Hidayat, Kamis (6/2/2025).
Setelah puluhan tahun rumah sakit ini beroperasi hingga punya predikat paripurna dalam hal pelayanan seperti saat ini, azas kearifan lokal tetap terjaga. Meskipun, sudah puluhan kali juga pejabat direkturnya silih berganti.
Setelah memasuki masa transisi era digitalisasi, khususnya dalam hal pengelolaan parkir, pada tahun 2017 silam RSUD Bob Bazar Kalianda menggandeng pihak swasta guna mengelola parkir dengan standar operasional elektronik (eParking). Yaitu PT. HZL Indonesia (Hanura Putra).
Pada proses persiapannya, managemen rumah sakit dan PT. HZL mengundang tokoh pemuda dan masyarakat setempat untuk duduk satu meja dan bermufakat terkait konsep pemberdayaan warga sekitar dalam urusan parkir.
Alhasil, warga sekitar diberdayakan untuk menjadi juru parkir lapangan dan menjaga kendaraan seluruh pengunjung. Bentuk konsesusnya, yakni sejumlah warga Desa Kedaton ini diakomodir sebagai pegawai perusahaan dan mendapatkan gaji bulanan.
*Budaya Mufakat Ketika Ada Peralihan Pengelola Parkir*
Kemudian, setelah adanya evaluasi dari managemen rumah sakit terkait urusan parkir yang di Kelola PT HZL Indonesia, memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak Kerjasama itu.
Hal itu juga bersamaan dengan keputusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan yang telah membentuk BUMD PT. Lampung Selatan Maju (LSM). Lalu, pengelolaan parkir elektronik di rumah sakit milik pemerintah ini diserahkan kepada badan usaha itu.
Dalam proses peralihan, BUMD juga melakukan hal yang sama dengan perusahaan parkir sebelumnya. Mereka mengajak perwakilan masyarakat untuk bermufakat. Pun, hasilnya sama. Belasan warga yang terlibat di parkiran tetap diakomodir sebagai pekerja di BUMD dan mendapatkan gaji bulanan.
“Dua kali pergantian pengelola parkir berbasis elektronik di RSUD Bob Bazar, semuanya masih memprioritaskan kearifan lokal. Mereka tetap memberdayakan masyarakat sekitar sini, diputuskan melalui adanya musyawarah dan kemufakatan dari semua pihak,”lanjut Hidayat.
Namun, sejak dua bulan terakhir ini, muncul kabar bahwa pengelolaan parkir elektronik oleh BUMD dievaluasi oleh pihak managemen rumah sakit hingga berujung pada pemutusan kontrak kerjasama antar keduanya pada akhir Januari 2025.
*Muncul Nama Perusahaan dengan Label LSM*
Bersamaan dengan beredarnya kabar itu, muncul juga nama PT Agung Berkah Grup (ABG) yang digadang-gadang akan menggantikan posisi BUMD dalam pengelolaan parkir di rumah sakit tersebut.
Setelah ditelusuri, masih kata Hidayat, perusahaan tersebut memiliki kaitan yang sangat dekat dengan salah satu organisasi masa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) level nasional.
Meskipun upaya mufakat yang sudah dilakukan sudah mendapatkan tudingan yang tidak relevan, namun Hidayat masih tetap berusaha agar keresahan sejumlah warga Desa Kedaton yang mencari nafkah di parkiran rumah sakit dapat menemui titik terang.
“Terlepas hal itu, kami tokoh pemuda dan tokoh masyarakat disini tetap berupaya supaya terjadi permusyawaratan. Pada prinsipnya, jangan sampai pihak rumah sakit acuh terhadap kearifan lokal. Sehingga, para juru parkir yang berasal dari desa kedaton ini tetap bisa bekerja. Karena selama belasan tahun ini, parkiran itu periuk mereka,” jelasnya lagi.
*Keresahan Belasan Juru Parkir Semakin Menjadi*
Ternyata, meskipun Hidayat telah melakukan sejumlah langkah konstruktif untuk mengadakan mufakat, tetap tidak direspon dengan baik oleh pihak managemen rumah sakit maupun pihak perusahaan calon pengelola parkir.
Sehingga, bagaimana kejelasan status dari belasan warga Desa Kedaton yang terlibat aktif di parkiran rumah sakit semakin suram dan keresahan mereka semakin menjadi.
*Tiba-Tiba Ada Praktik Parkir Liar*
Hingga sampai di hari Kamis 6 Februari 2025, lanjut Hidayat, ada segerombolan orang mengatasnamakan organisasi LSM dan perusahaan vendor pengelola parkir yang baru, tiba-tiba melakukan praktik parker liar.
“Fasilitas parkir elektronik milik BUMD kan sudah diangkut sejak beberapa hari yang lalu karena sudah putus kontrak. Jadi sekelompok orang ini tiba-tiba seperti nerapin parker liar. Berjaga di pintu masuk dan pintu keluar, lalu mungutin uang dari para pengunjung rumah sakit,” terangnya.
Dikatakan Hidayat, sekelompok orang yang mengatasnamakan vendor baru itu memaksakan pengelolaan parkir tanpa adanya persiapan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standarisasi eParking.
Seperti tiket parkir yang mereka gunakan, hanya secarik kertas dengan tulisan ‘Tiket Parkir RSUD Bob Bazar, SKM’. Kemudian, menyertakan harga Rp.3000 untuk roda empat dan Rp.2000 untuk roda dua.
Lalu, juga terdapat nomor tiket 0123456789 yang digunakan untuk semua tiket parkir dan garis-garis barcode yang tidak dapat di scan.
*Emosi dari Belasan Juru Parkir Warga Desa Kedaton Tak Terbendung*
Setelah melakukan praktik parkir yang jauh dari kata profesionalitas sebuah perusahaan vendor pengelolaan parkir, salah satu oknum perusahaan juga tiba-tiba berlaku sewenang-wenang kepada belasan juru parkir warga Desa Kedaton.
“Mereka (belasan juru parkir) kan gak tau, bahwa yang datang itu benar perusahaan vendor yang baru atau bukan. Karena praktik parkir yang dilakukan seperti parkir liar di pasar atau dipinggir jalan. Ya kalaupun kemudian juru parkir yang ada di sana gak mau diperintah sama oknum ini ya wajar,”ucapnya.
Lalu, Hidayat kembali menjelaskan, ada satu orang oknum yang mengaku sebagai direktur perusahaan vendor itu tiba-tiba menyatakan bahwa dia dan sejumlah rekan-rekannya adalah pemenang lelang pengelolaan parkir di RSUD Bob Bazar.
Selain itu, oknum tersebut juga menyatakan bahwa sudah ada kesepakatan dengan perwakilan masyarakat. Sehingga menurut oknum itu, dia sudah memiliki wewenang untuk mengatur siapapun dalam semua urusan parkir.
“Mereka akan gak percaya dengan pernyataan-pernyataan itu. Karena, apapun Upaya yang kami lakukan mereka pasti tau bagaimana hasilnya. Akhirnya, ya itu hal yang saya khawatirkan sejak sebelum-sebelumnya akhirnya terjadi (kericuhan),” sambungnya.
*Hidayat Tiba Dilokasi untuk Melerai Kericuhan*
Mulanya, Hidayat mengaku tidak mengetahui bahwa sudah ada sekelompok orang yang mengaku sebagai vendor parkir datang dan melakukan praktik perparkiran di area RSUD Bob Bazar.
Namun, setelah adanya kabar bahwa situasi di Lokasi semakin memanas, ia kemudian menyempatkan diri untuk datang ke pintu masuk RSUD tersebut agar warga tidak melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Sayangnya, tepat setelah Hidayat tiba dilokasi itu situasi sudah memuncak. Akhirnya kericuhan tersebut terjadi.
“Spontanitas, saya langsung berupaya mencegah amukan masa itu. Saya tarik orang yang ngaku bos perusahaan vendor itu keluar dari pos jaga pol-PP, supaya bisa menjauh dari amukan masa,”imbuhnya.
*Hidayat Dilaporkan ke Polisi*
Akibat terjadinya kericuhan tersebut, Hidayat dituding sebagai salah satu dari sejumlah orang yang melakukan pengeroyokan.
“Ini yang menurut saya aneh dan gak masuk akal. Saya barusan dapat kabar, bahwa pihak vendor itu melapor ke polisi. Dan nama yang dilaporkan dua orang. Saya salah satunya,”Kata Hidayat seraya heran.
*Polres Lampung Selatan Gerak Cepat Lakukan Cipta Kondisi*
Kepada media, Kapolres Lampung Selatan AKBP Yusriandi Yusrin menyatakan bahwa pihak kepolisian langsung bergerak cepat ke Lokasi kericuhan setelah mendapat informasi adanya insiden tersebut.
“Personil keamanan sudah ada dilokasi. Bubar dan tidak ada keributan lagi. Bukan bentrok ormas, tapi pihak pengelola parkir lama yang kalah,” kata AKBP Yusriandi seolah memiliki asumsi bahwa pihak BUMD kalah dalam kompetisi Lelang lalu melakukan pengroyokan.
*Direktur PT Agung Berkah Grup (ABG) Dilarikan ke UGD*
Akibat Kericuhan tersebut, bos perusahaan vendor parkir yang baru yang diketahui Bernama Herman terpaksa harus ditangani di UGD RSUD Bob Bazar Kalianda.
Sebab, selain merasa kesakitan akibat pukulan tangan, dia juga mengalami luka dibagian kepala akibat adanya benturan dari sebuah benda.
Kepada wartawan, Herman mengaku dirinya selaku pemilik wewenang di perusahaan pemenang tender pengelolaan parkir RSUD Bob Bazar, mengalami kesulitan untuk pengkondisian lapangan.
Dia mengklaim, semula berlangsung kondusif dan aman. Namun, Herman justru kebingungan tiba-tiba diserang oleh banyak orang disana.
“Saya di pos ngurusi tiket parkir. Kemudian ada yang datang ramai-ramai mengamuk,” kata dia saat dikonfirmasi media di UGD.
*Bos PT ABG Menduga Ada Pihak yang Tidak Terima Proyek Pengelolaan Parkir Dimenangkannya*
Dari kondisi yang terjadi, Herman menduga bahwa insiden yang dialaminya adalah buntut dari persaingan tander proyek pengelolaan parkir di rumah sakit tersebut.
Ia juga menduga, bahwa ada pihak yang tidak terima jika tender proyek pengelolaan parkir itu dimenangkan oleh PT. ABG.
“Mereka tidak terima bahwa pengelolaan parkir ini saya ambil alih. Dan saya pun tidak serta merta mengambil alih. Tetapi melalui prosedur,”lanjutnya.
*Bos PT ABG Lapor Polisi*
Dalam pernyataannya, Bos PT ABG tidak terima dengan terjadinya insiden itu. Karenanya, Herman bakal melapor ke Polres Lampung Selatan, guna penanganan hukum lebih lanjut.
“Yang jelas saya tidak terima. Saya serahkan semuanya ke apparat penegak hukum. Saya tadi sudah divisum,”cetusnya.
*Pihak RSUD Bob Bazar Tuduh Ada Aktor Dibalik Insiden*
Pernyataan Direktur RSUD Bob Bazar Kalianda, dr. Reny Indrayani menduga insiden kericuhan yang terjadi lantaran ada aktor dibelakang amukan masa itu.
Menurutnya, sejumlah orang yang melakukan penyerangan terhadap Bos PT ABG itu atas perintah dari aktor tersebut.
“Karena prinsipnya, mereka tidak terima dengan pengelolaan parkir yang baru,”Tutupnya
Agusnadi