Peneliti ITS Nilai, Podcast Nofel Buka-Bukan Dapur Pribadi di Ruang Bublik Itu Tentu Sangat Tidak Elok Dalam Berpolitik

Reportika.co.id || Kota Bekasi – Politik itu sangat dinamis, seseorang yang terjun dalam dunia politik memerlukan sebuah kedewasaan berfikir yang sangat dalam.

 

Peneliti dari lembaga Indonesia Tetap Satu (ITS) Adrian, cukup tergelitik dengan cuap-cuap sosok Nofel Saleh Hilabi yang di unggah dalam sebuah podcast akun resmi Tom MC Ifle. Dalam kesempatan tersebut sosok Nofel merasa menjadi sosok sebagai korban politik. Nofel mengungkap dirinya seolah di khianati oleh kader partai merah yang tidak jadi menggandeng dirinya sebagai bakal calon Wakil Wali Kota Bekasi mendampingi Tri Adhianto.

 

“Apa yang diungkap Nofel ini menunjukkan ketidakdewasaan dalam berpolitik. Dunia politik itu sulit untuk ditebak. Jadi seyogyanya apa yang diungkap oleh Nofel seharusnya tidak perlu,” ungkap Adrian saat diminta komentarnya oleh awak media, di Jakarta, Kamis (05/09/2024).

 

Lebih jauh dikatakan Adrian, sebuah keputusan dalam dunia politik apalagi didalam sebuah partai, bukanlah keputusan yang bisa diambil secara sendiri-sendiri. Apalagi keputusan terkait siapa bakal calon kepala daerah yang akan maju disebuah daerah.

 

“Jika harus menyalahkan seseorang karena batalnya ajakan menjadi sebuah pasangan, hal itu tidak bisa secara serta metta menyalahkan pasangannya. Ambil contoh jika kita mau nikah, kan itu tentu banyak pertimbangan, masukan, harus banyak dikomunikasikan salah satunya dengan keluarga. Itu harus dipahami,” tambah Adrian.

 

Model buka-bukan dapur pribadi di ruang publik itu tentu sangat tidak elok, tambah Adrian. Banyak yang lebih dalam persoalan seperti yang dialami Nofel, namun peristiwa itu adem-adem saja.

 

“Ingat waktunya pilpres 2019 lalu, bagaimana sosok Mahfud MD tiba-tiba batal mendampingi Jokowi di detik terakhir, bahkan sudah sampai ukur baju. Apa tidak lebih sakit. Namun kedewasaan pak Mahfud, cara pandang dalam berpolitik itulah yang perlu kita contoh,” imbuhnya.

 

Kejadian Nofel mengumbar apa yang dialami nya, ungkap Adrian, makin menunjukkan sifat kekanak-kanakan. Lanjut Adrian, bahwa sosok Nofel itu masih muda, masih panjang karir politiknya.

 

“Jika gaya berpikirnya seperti itu, dalam berpolitik terus diumbar di publik itu hanya akan makin membunuh karakternya. Belum tentu juga apa yang diungkap Nofel 100 persen benar,” jelasnya lagi.

 

Untuk itu, Adrian mengatakan bahwa jangan sampai syahwat politik itu mengalahkan otak kita. Kedepankan kedewasaan dalam memahami segala dinamika yang terjadi. Perhitungkan secara matang bahwa langkah yang diambil bukan makin menjatuhkan kita, namun harus bisa meningkatkan nilai tawar diri.

 

Sule

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *