Gelar Ruat Laut Ke-57, Ketua Koperasi Nelayan Mina Fajar Sidik Minta Pemkab Perhatikan Nelayan

Reportika.co.id || Subang, Jabar – Koperasi Nelayan Mina Fajar Sidik Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang- Jabar, adakan acara puncak Ruat Laut yang ke 57, Minggu 20 Oktober 2024. Dilaksanakan di aula pelelangan ikan KUD.

 

“Anggaran biaya ini sampai Rp. 608 juta, sejumlah itu hanya bisa dilakukan oleh komunitas namanya nelayan, karena nelayan punya jiwa berani yang luar biasa nelayan punya kemandirian yang luar biasa. Apapun yang terjadi terhadap kehidupan nelayan, keinginan nelayan di komando menjadi komando masyarakat nelayan, maka tidak mustahil biaya sebesar itu hasil gotong royong kemandirian nelayan itu tidak masalah biaya Rp. 608 juta nol rupiah dari pemerintah. Ini hanya gotong royong kemandirian nelayan, koperasi, dan pedagang ikan alhamdulilah terlaksana dengan baik. Dengan kemandirian ini kami minta dorongan agar menjadi pelaku-pelaku ekonomi yang sukses dan berkelanjutan,” ucap H. Dasam, Ketua KUD

 

“Kegiatan mulai 3 Oktober sampai dengan 20 Oktober 2024, sampai hari ini masih berlanjut diantaranya pertandingan sepak bola di ikuti 32 tim, Volly bal putra putri, tenis meja di ikuti 150 orang peserta lintas Provinsi. Pesta rakyat walaupun tanpa dukungan pemerintah koperasi punya tujuan acara pesta laut itu bisa memberikan manfaat kepada anggota umum nya masyarakat secara umum. Bagaimana antusias nya UMKM untuk memperkenalkan produk-produk lokal nya bukan produk-produk infor. Banyak makanan dan lain sebagainya ini perlu ada momen, ada sarana perlu ada kegiatan untuk menunjang pemasaran dari produk yang mereka lakukan,” ucapnya.

 

“Setiap penyelenggaraan Ruat Laut kita kemas adat budaya, di sisi lain semangat memperbaiki niat dan kemauan itu tetap harus terjaga dengan baik, ada pemikiran pemikiran yang iri bahwa acara Ruat Laut/ pesta laut adalah kemusyrikan yang dibungkus oleh kelestarian adat dan budaya. Silahkan berpikir begitu tapi kami punya metode, punya cara, budaya sebagai identitas bangsa tidak boleh punah harus dilestarikan berarti keimanan rasa taqwa kita kepada Alloh SWT harus diperbaiki, ini lah solusi kita untuk menjaga bahwa bangsa Indonesia itu bangsa yang berbudaya, bangsa Indonesia itu bangsa Bhineka Tunggal Ika, sehingga kearifan lokal, budaya lokal perlu kita lestarikan sebagai identitas sebuah bangsa. Alhamdulilah, tadi pagi jam 07.15 WIB ketika menyaksikan Larung laut di awali karnaval diiringi dengan marawis dan lantunan sholawat nabi, bukan dengan jampi-jampi tetapi do,a yang dipanjatkan kepada Alloh SWT yang maha kuasa, apakah itu sebuah kemusyrikan nah disinilah kami cari solusi budaya kita terlestari, di sisi lain nelayan yang agamis perlu kita galakan dan budaya kan pula. Disamping itu pula Ruat Laut ini ajang pembangunan, ajang evaluasi maka kami KUD Mina Fajar Sidik akan mengadakan penanda tangan nan kerja sama kemitraan dengan PT. Hakiki Sentosa Jaya dalam pengadaan air bersih layak minum,”imbuhnya

 

“Apakah harapan kami, apakah tujuan kami yang begitu besar, apa bila pemerintah bukan berada di tengah-tengah rakyat yang membutuhkan, bahkan malah membebani rakyat atas beban negara, nyata nya apa. Nelayan itu sudah menjadi beban luar biasa, menangkap ikan dengan gebling luar biasa antara dapat dan tidak dapat nya itu tidak terukur, tapi pemerintah melakukan program penangkapan ikan terukur, mau pake apa pemerintah karena apa ikan itu adalah obyek yang dinamis bukan statis terukur. Silahkan kalau bicara mineral terukur, silahkan kalau bicara batu bara terukur, tapi kalau bicara ikan di ruang terbuka, bergerak yang di ukur adalah imajinasi. Maka tolong kami beri keringanan untuk mandiri, pemerintah tidak membantu tidak jadi masalah, yang penting kami juga di Bebani besar di luar kemampuan kami. Hal nya kuota BBM Solar untuk nelayan kecil kita dikasih 360 KL dalam satu bulan dengan alasan pengurangan subsidi BBM. Dengan alokasi BBM 360 KL saja kurang lah harus beli ke SPBU yang tentunya akan berebut dengan kendaraan- kendaraan. Ketika kurang 360 KL pemerintah masih tega mengurangi lagi alokasinya pengurangannya luar biasa hampir 48% yang tadinya 360 KL sekarang menjadi 174 KL. Kemarahan saya lebih baik BBM Subsidi di hapus saja, mau sengsara, mau mati biarkan rakyat jangan di urus oleh negara, daripada subsidi dijadikan alat politik, terpaksa saya bicara begini. BBM bagi nelayan adalah kebutuhan pokok, ini adalah suara rakyat, laut sudah ada, ikan tidak pernah ditangkap oleh negara, kapal dibikin oleh kemandirian nelayan, modal tidak dibantu pemerintah, tolong fasilitasi kamu untuk mensejahterakan diri kami sendiri, sehingga tugas dan tanggung jawab pemerintah gugur yang seharusnya kesejahteraan ditanggung oleh negara. Tapi, biarkan kami sendiri dengan segala daya upaya kami, beri kami kemudahan, kami tidak pernah demo, kami selalu nurut sekali lagi tolong beri kami kemudahan terutama dalam akses BBM solar karena kebutuhan pokok, kalau BBM nya tidak ada, 1. Kesempatan menangkap ikan menunggu/libur. 2. Beban operasional semakin tinggi. 3. Harga ikan tidak ikut naik, dengan kenaikan hal hal yang lain. Tolong minta diperhatikan sebelum adanya gejolak, sebelum kami melakukan cari hukum nelayan, karena kami lapar,” Pungkas sambutannya.

 

 

 

 

Winata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *