Budaya Literasi SMK, 15 Menit Yang Akan Merubah Masa Depanmu

Reportika.co.id || Jakarta – STM atau Sekolah Teknologi Menengah sebutan untuk Sekolah Menengah Kejuruan yang lulusannya diprioritaskan untuk bekerja, kata STM ini populer sekitar era 80’an karena kata STM diera 90’an sudah berubah menjadi SMK. STM sering digambarkan dengan sekolah yang di dalamnya hanya terdapat Peserta didik laki-laki, namun seiring berkembangnya zaman banyak kaum hawa tanpa ragu untuk belajar di STM, hal ini besar kemungkinan terjadi karena jurusan yang disediakan di SMK atau STM tidak melulu teknik untuk para pria, seperti teknik kendaraan ringan, permesinan, teknik bangunan dan lain sebagainya, melainkan banyak juga jurusan-jurusan yang cocok untuk perempuan juga, seperti teknik komputer jaringan, teknik instalasi listrik, multimedia, dan teknik elektronika industri. Ini yang kemudian menarik perempuan untuk masuk ke STM.

 

STM identik dengan kata tawuran, urakan dan susah diatur. ini maindset yang harus diubah di kalangan masyarakat, karena tidak semua STM di dalamnya terdapat Peserta didik-Peserta didik nakal, banyak juga anak-anak yang berprestasi, pandai, dan sopan. Memang tidak mudah untuk mengubah maindset seseorang namun tidak ada salahnya untuk mencoba.

 

Saya salah satu guru yang mengajar di SMK swasta didaerah Jakarta, terdapat sekitar 90% Peserta didik laki-laki dan 10% perempuan. Kondisi Peserta didik di tempat saya mengajar normal seperti sekolah-sekolah lainnya, ada yang susah diatur dan ada juga yang mudah untuk diatur menurut saya itu wajar. Saya ingin mengenalkan pada Peserta didik budaya membaca namun sebelumnya mereka pun sudah dibiasakan oleh guru bahas Indonesia, untuk menguatkannya kembali Peserta didik juga harus didukung oleh guru-guru lainnya.

 

Budaya membaca di kalangan STM memang tidak begitu marak seperti di SMA ataupun di SMP karena memang dunia mereka adalah teknik yang melulu praktik bukan teori. Ini yang membuat saya ingin menggerakkan mereka untuk suka membaca, terlebih saya adalah guru sejarah otomatis Peserta didik harus mau membaca untuk memahami pelajaran di kelas saya. Ketika saya membicarakannya mengenai budaya membaca atau literasi, respon yang saya dapat yaitu positif karena memang ada beberapa SMP yang sudah menerapkannya bahkan ada yang mengatakan budaya membaca itu dilaksanakan setiap hari jumat bersama-sama. Ponit awal untuk menanamkan cinta membaca dalam diri Peserta didik, budaya membaca bukan hal baru untuk sebagian Peserta didik.

 

Dalam penelitiannya, The World’s Most Literate Nations (WMLN) pada maret 2016 lalu Indonesia mendapat peringkat ke-60 dari 61 negara mengenai minat baca, peringkat literasi tertinggi di Asia Tenggara yaitu Singapura. Sungguh ironi memang, padahal suatu negara maju itu ditentukan oleh penghuninya. Salah satunya yaitu mempunyai penghuni yang cerdas agar mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, kecerdasan tumbuh dari seringnya membaca. Pepatah arab pun mengatakan:

خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ “Sebaik-baik teman duduk sepanjang zaman adalah buku”. Ini menunjukkan bahwa pentingnya kebiasaan membaca. Sama halnya dengan “Buku adalah jendela dunia”. Kalau kita ingin melihat luasnya dunia maka BACALAH!

 

Lalu ada kata motivasi juga yang mengatakan bahwa: “Bacaanmu akan mencerminkan dirimu”, kata-kata itu memang benar adanya. Jangan kan satu buku bacaan, satu bait kata saja mampu merubah pola fikir yang akan berdampak pada dirimu, di sekitar dan dunia yang ingin kau genggam.

 

Salah satu contoh tokoh yang mampu mengubah dunia dengan kejeniusannya berkat membaca seperti Isaac Newton, ilmuan yang menemukan “Hukum Gerak Newton”, juga berhak jasa temuan mesin cetak Johan Gutenberg kita bisa membaca buku dengan mudah, bahkan nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya yaitu Iqra’ (bacalah). Mereka tidak lepas dari yang namanya membaca, belajar dan tekun mencoba.

 

Budaya membaca yang saya terapkan dalam kelas yaitu dengan membiasakan mereka membaca buku 15 menit sebelum pembelajaran. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak remaja lebih cenderung suka membaca buku-buku komik, manga, anime, novel percintaan bahkan lebih sering membaca di internet atau wattpad. Bukan hal yang mudah untuk melepas ketergantungan peserta didik membiasakan untuk membaca buku. Ketika saya mengumumkan di depan kelas kepada anak-anak untuk membiasakan membawa buku di pelajaran saya khususnya sejarah Indonesia berikut respon mereka:

Peserta didik A: Bu, boleh tidak klo saya bacanya komik naruto?

Saya: Tidak nak, usahakan bawa buku yang ilmiah.

Peserta didik B: Bu klo one piece atau novel remaja?

Saya: Tidak juga nak, tapi coba kamu pikirkan lagi lebih besar mana manfaatnya membaca buku komik atau buku motivasi?

 

Percakapan tersebut menggambarkan bahwa Peserta didik lebih suka membaca buku yang mereka senangi. Salah satu faktor yang menyebabkan Peserta didik malas membaca, mereka lebih suka membaca buku-buku yang bergambar dan buku yang mereka senangi, akhirnya langkah yang saya ambil yaitu dengan membiarkan mereka membawa buku yang mereka senangi namun tidak dianjurkan membawa komik kartun, boleh komik tetapi komik yang ilmiah karena sekarang sudah banyak cerita-cerita sejarah yang dibuat dalam bentuk komik.

 

“bacaanmu akan menentukan kualitas dirimu” kata-kata itu memang benar adanya. Jangan kan satu buku bacaan, satu bait kata saja mampu merubah pola pikir yang akan berdampak pada dirimu, disekitarmu dan dunia yang ingin kau genggam. Ini yang ingin saya bentuk dalam diri peserta didik saya. Langkah-langkah membudayakan literasi dalam kelas saya yaitu:

1. Mensosialisasikan budaya literasi kepada peserta didik

2. Suruhlah peserta didik untuk membawa satu buku bacaan yang ilmiah

3. Biasakan membaca buku tersebut 15 menit sebelum memulai pembelajaran (buku pelajaran atau buku ilmiah/cerita)

4. Setelah selesai atau tamat membaca buku tersebut, peserta didik diminta untuk menuangkan isi buku dengan menggunakan bahasa sendiri lisan maupun tulisan.

5. Beri penghargaan untuk peserta didik yang terbaik

 

Penulis : Siti Afrotin, S.Pd

Reporter : Samsudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *