Reportika.co.id || Rajabasah, Lampung Selatan – Miris, seorang bocah bernama Pandi (6) asal Desa Sukaraja Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan menderita miningitis dan TB butuh perhatian dan uluran tangan Pemerintah dan para Dermawan.
Bocah yang seharusnya sudah duduk dibangku sekolah dasar ini sehariannya hanya bisa terbaring lemas diatas kasur melawan sakit yang dideritanya sejak bulan September 2022 lalu hingga saat ini, terkesan luput perhatian dari Pemerintah.
Bahkan anak dari pasangan Nurji dan Fitri ini kondisinya sangat memprihatinkan, sebab akibat penyakit yang diderita dirinya membuat tak berdaya, yang diketahui makan tidak melalui mulut pada umumnya, melainkan menggunakan alat bantu selang yang dipasang melalui hidung hingga kedalam tubuhnya.
“Awalnya terlihat biasa, namun sejak bulan September 2022 lalu, saya melihat ada kejanggalan pada fisik anak saya, sebah jika makan selalu banyak, namun fisik tidak berkembang, kemudian setelah dicek, dokter mendiagnosa anak saya mengalami penyakit miningitis,” ujar Fitri kepada media. Jum’at (3/3/2023).
Dia mengatakan, anak kedua nya sempat dilakukan perawatan selama 40 hari disalah satu rumah sakit di Bandar Lampung untuk berobat.
“Sejak November 2022 pihaknya bersama suami telah bulak balik kerumah sakit untuk mengobati sibuah hatinya, bahkan anaknya pernah dirawat selama 40 hari di Abdul Muloek Bandar Lampung,” kata Fitri yang sedang memberikan makan kepada anaknya.
Dia menambahkan, sejak berobat pihaknya setiap bulan wajib mengeluarkan biaya sekitar 900 ribu untuk pembelian obatnya, sebab untuk membeli yang 1 bulan dana tidak mencukupi.
“Biasanya kami beli obat untuk 1 bulan, namun beberapa bulan ini kami hanya mampu beli obat untuk 2 minggu sekali, karena obat yang dibeli tidak ada didalam BPJS, harganya obatnya selalu naik,” imbuhnya.
Sementara itu, lanjut dia, waktu itu pernah pihak Puskesmas Rajabasa mendatangi, mamun tidak ketemu karena pihaknya sedang dirumah sakit karena anaknya sedang dirawat.
“Kalau awal pernah dari Puskes datang kerumah, tapi tidak ketemu karena kami sedang berobat ke Bandarlampung mereka hanya menitipkan bantuan (dana), setelah itu tidak pernah ada lagi, Pihak Aparatur Desapun demikian, dan semenjak 3 bulan ini setalah anak saya pakai selang untuk makan, tidak ada perhatian,” terangnya mencetuskan tidak pernah mendapatkan bantuan PKH dan Bantuan lain dari Pemerintah.
Kemudian kata dia, pihaknya sebagai orang tua sangat berharap adanya solusi yang terbaik dan perhatian serta pengobatan untuk kesembuhan anak keduanya.
“Harapan kami kepada Pemerintah agar dapat memberikan perhatian dan solusi untuk kesembuhan anak saya, menginggat kodisi anak dan penghasilan kami yang hanya mengandalkan dari upahan menserkel kayu, yang diperkirakan 1 bulan hanya mendapatkan 1 juta lebih,” harapannya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi dari pihak terkait.
Made