Reportika || Kab Bekasi – Ratusan warga Desa Telagamurni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi menggelar aksi penolakan dibukanya gerbang PT Garuda Raja Paksi (GRP) jilid 2 tepat didepan gerbang yang baru selesai dibangun oleh perusahaan tersebut, Rabu (28/8/24).
Warga berkumpul dan berorasi menentang adanya pengoperasian pintu gerbang yang berada di Jalan Imam Bonjol tersebut, selain itu juga warga membentangkan spanduk dan banner yang berisi penolakan mereka.
Menurut Firman koordinator konsorsium pemuda Telaga Murni mengatakan, aksi unjuk rasa kali ini merupakan aksi kedua yang digelarboleh warga, pasalnya baik pemerintah daerah maupun perusahaan tidak mengindahkan apa yang menjadi aspirasi dan keluhan masyarakat Desa Telaga Murni.
“Demo kali ini merupakan reaksi adanya sosialisasi pembukaan yang mana tadi juga di hadiri Camat Cikarang Barat, Kapolsek dan Danramil disana juga, banyak dihadiri tokoh masyarakat yang hadir akan tetapi kita tegaskan kita menolak tentang dibuka nya pintu gerbang PT GRP yang ada dì depan jalan Imam Bonjol ini,” tegas Firman.
Lebih lanjut, yang menjadi keluhan masyarakat jika gerbang sebelah jalan Imam Bonjol milik pabrik baja itu tetap dibuka, warga khawatir dampak banjir saat hujan turun yang menggenangi ruas jalan pantura akan semakin parah.
“Kedua kita sampaikan tadi mengenai adanya banjir yang mana selama ini kita ketahui begitu adanya PT GRP baru adanya banjir, kemarin kita tidak rasakan itu selanjutnya polusi udara, polusi air, pencemaran tanah, dan kita ini bergerak atas dasar dari keresahan dan kegelisahan masyarakat,” lanjut Firman.
Di lokasi yang sama, Hendra Hutahuruk tim hukum konsorsium pemuda Telaga Murni menyebut pihaknya akan mempertimbangkan mengambil langkah hukum, mulai dari somasi hingga class action sebagai bagian opsi kelanjutannya.
“Kalau benar ini tidak menemukan solusi, maka kalau bicara hukum kita sudah siap dengan kemungkinan kita akan mengeluarkan somasi kita akan melakukan action karena kita mewakili masyarakat banyak loh, orangnya disini kita bukan omongin soal bisnis tapi kepentingan,” ujarnya.
Harusnya kata Hendra, cerobong asap yang ada
Hendra menyampaikan agar cerobong asap dipindahkan bukan pada posisinya saat ini, juga melihat kondisi lingkungan pabrik yang dianggap tidak memiliki green belt.
“Untuk lingkungan kan wajib memang layak gedung kaya gini ini kan seharusnya ada greendbell yaitu pohon pohon harus ada sebelum sampai di pintu gerbang,” tutupnya.
NHS