Reportika.co.id || Kabupaten Bekasi – Proyek penataan (Restorasi lahan) di lokasi Pusat Pangkalan Ikan (PPI ) Pal Jaya Tarumajaya dan Hybrid Engineering yang dikerjakan oleh PT. Tata Ruang Pelabuhan Nusantara (PT.TRPN) sempat menjadi sorotan banyak pihak, termasuk Tokoh Penggiat Mangrove Tarumajaya dan sejumlah Nelayan pesisir di Tarumajaya.
“Sebagai masyarakat nelayan pesisir tentunya sangat mendukung adanya pembangunan (penataan di lingkungan PPI Pal Jaya), karena sudah menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah, baik dari tingkat Kabupaten ataupun Provinsi, akan tetapi yang terlihat saat ini bukan hanya restorasi atau penataan PPI Pal jaya, ada kegiatan pemasangan Baro di laut (diluar area PPI Pal Jaya-red) yang nantinya berdampak semakin sempit atau mungkin nantinya hilang lokasi pencarian nelayan pinggir, “ujar Samsuri salah satu tokoh penggiat mangrove di wilayah pesisir Tarumajaya, Jumat (03/05/2024) lalu.
Apa yang selama ini kami dengar soal lahan laut konon kabarnya sudah bersertifikat bukan hanya isapan jempol belaka, nyatanya dengan leluasa laut pesisir saat ini sedang aktif dilakukan pengurugan.
“Jadi adanya informasi dugaan lokasi sepanjang pesisir Tarumajaya akan habis bisa jadi benar adanya, dengan adanya pemasangan baro dan beco di tengah laut ternyata bukan hanya isapan jempol, sementara nelayan tidur pulas dengan dalih iming-iming penataan atau restorasi PPI Pal Jaya dan kolam pelabuhan, patut dicermati dibalik restorasi, ada kepentingan lain (di laut lepas) di luar wilayah 7,4 hektar aset PPI Paljaya,” tambahnya.
“Jika memang pembangunan di laut terus berjalan, apakah mungkin nantinya nelayan pesisir akan mati perlahan-lahan (lokasi pencarian ikan makin terbatas-red), awalnya mimpi kami ganti pemimpin nelayan akan sejahtera, ternyata sebaliknya, mungkin tinggal menunggu waktu, “terangnya.
Dirinya berharap, ada kepedulian serius dari pemerintah Kabupaten Bekasi (khususnya Pj Bupati Dani Ramdan di penghujung masa jabatannya-red), habitat mangrove tempat ikan berkembang biak sudah semakin punah, kemana nelayan akan mengadu dan mencari bapak angkat, agar sejumlah permasalahan nelayan pesisir baik yang ada di Tarumajaya sampai muara bendera dapat didengar.
“Saat ini saja, sering kali nelayan pesisir dihadapkan persoalan limbah yang tak kunjung tuntas entah dari muara CBL atau BKT atau dari perusahaan di sekitar Pal Jaya, yang mengakibatkan hasil tangkapan nelayan pinggir semakin berkurang jauh. Hal itu menjadi alasan utama nelayan butuh bapak angkat,” ungkapnya.
Sementara itu, kepada awak media kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Muara Ciasem, Ahman Kurniawan yang ditugaskan di PPI Pal Jaya Tarumajaya menyampaikan, bahwa diatas lahan kurang lebih 7,4 hektar milik PPI Pal Jaya akan dilakukan Penataan (restorasi lahan) tahap dua.
“Kegiatan penataan (restorasi lahan) PPI Pal Jaya, sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi dengan sejumlah nelayan dan instansi terkait di Kecamatan Tarumajaya termasuk sosialisasi dan restorasi lahan PT. TRPN dengan luas kurang lebih 200 Hektare (sepanjang pesisir pantai Tarumajaya),” jelasnya beberapa waktu lalu di sekretariat bersama (sebelum dibongkar).
Hingga berita ini di publish, pihak terkait termasuk PT. TRPN belum dapat terkonfirmasi soal pembangunan/Hybrid Engineering di pesisir Tarumajaya.
Sule