Dampak Kemarau Panjang dam El-Nino, Ratusan Hektar Padi di Lampung Alami Gagal Panen

Reportika.co.id || Lampung Selatan, Lampung – Pemkab Lampung Selatan, melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) setempat sebut ada 380,75 hektare tanaman padi yang gagal panen atau puso. Hal ini dikarenakan dampak dari El-Nino yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

Kabid Tanaman Pangan Dinas TPH-Bun Lamsel, Eka Saputra mengatakan, setidaknya ada 6.056,70 hektare tanaman padi yang alami kekeringan, dari total lahan pertanian seluas 35 ribu hektar di Lampung Selatan.

“Dari laporan petugas kami yang ada di Kecamatan dan juga hasil laporan POPT, total luasan tanaman padi yang mengalami kekeringan 6.056,70 hektare,” kata dia, saat dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp, Rabu 27 September 2023.

Eka menjelaskan, luasan tanaman padi yang kekeringan tersebut terdiri dari kekeringan ringan 3.268 hektare, sedang 1.934 hektare dan berat 473,25 hektare.

“Tapi, untuk tanaman padi yang puso atau gagal panen 380,75 hektare. Data ini per tanggal 15 September 2023 yang lalu,” kata dia.

“Kekeringan yang terjadi di areal persawahan tersebut terjadi secara bertahap. Artinya tidak sekita langsung mengalami puso semua. “Kekeringan ini terjadinya secara bertahap. Pertama kekeringan ringan ke sedang, berat baru lah ke puso,” katanya.

Menurut Eka, Luas kekeringan ini dimungkinkan akan terus bertambah ketika areal persawahan tidak ada pasokan air, baik itu dari sumber irigasi maupun dari curah hujan. Ini dikhawatirkan bisa mengalami puso.

“Yang sangat ekstrim dan luas itu ada di Kecamatan Way Sulan sudah capai 200 hektare, Natar 100 hektare, dan sisanya di Jati Agung sekitar 10 hektare,” ujarnya.

Eka mengatakan pihaknya sudah menyampaikan kepada petani supaya bisa melakukan penghematan pemakaian air yang bersumber dari sungai, sumur bor, embung, maupun kantong-kantong air yang memang tersedia di wilayah masing-masing.

“Dalam menghadapi perubahan iklim ekstrim ini diharapkan petani yang ada irigasi dapat melakukan pegiliran air, pompanisasi, sumur bor seefektif mungkin dan pembuatan punggung gajah di sungai yang masih memiliki air,” kata dia.

Man/Made.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *