Reportika.co.id || Bekasi – Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) Drainase pertanian di Kampung Bakung Kulon, Desa karangreja, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dalam pengerjaannya sedang disoroti oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Suara Independen Rakyat Adil (LSM SIRA), diduga pekerjaan yang dikerjakan dengan asal- asalan, kondisi fisik dinilai asal jadi dan campuran material yang tidak memenuhi standar. Senin (18/07/2022)
Yusuf Supriatna, Kepala koordinator-jabar bidang Investigasi LSM-SIRA mejelaskan ke reportika.co.id, setelah kami mengecek ke lokasi kwalitas pekerjaannya yang sangat jelek diduga asal jadi, Sepertinya tidak di berikan arahan oleh pendamping pelaksana, seharusnya memberi arahan ke si pekerja dan Prosesnya bukan di biarkan dan seharusnya mengawasi pekerjaan yang sedang bekerja.
“Saya lihat-lihat banyaknya pohon kayu yang tidak di lakukan penebangan dan pembongkaran dan langsung di pasang batu, yang sehingga dikhawatirkan pekerjaan tidak akan bertahan lama akan terjadi keretakan ketika pohon kayu tersebut tumbuh besar, dan pemasangan batu terlihat asal jadi tidak mengikuti spek, dan mengunakan material pasir berwarna merah,menggunakan semen merek rajawali, dan pekerjanya pun tidak mengunakan Septi ( K3 )tidak ada sabun cuci tangan, air pembilas dan tidak ada yang mengunakan masker seperti yang telah di anjurkan,”paparnya.
Proyek tersebut masih dikerjakan dari P3,A daerah irigasi kali kiwing Desa Karangreja, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, dan itu merupakan pekerjaan P3-TGAI – BBWSC, dari sumber dana APBN tahun 2022 dengan nilai anggaran Rp.195.000.000. Dari Aspirasi Dewan Provinsi Partai PDI-P, kami meminta kepada pelaksana pengawas untuk memperhatikan kualitasnya dan harus memakai material sesuai standar dan si pekerja pun tidak memenuhi K3, pekerjaannya pun terlihat amburadul.
“Kualitas Drainase P3,A Karangreja sinar asih tersebut, sudah dikeluhkan oleh masyarakat. Banyak yang menyampaikan kepada kami, bahwa ada pekerjaan fisik diduga tidak sesuai spek dan RAB pas dilakukan pengukuran tingginya hanya 102 cm, boplangnya hanya pakai belahan bambu, dan batang ranting kayu, galian pondasi pasang batunya tidak memakai cerucuk bambu sebagai untuk penguat untuk pasangan batu, makanya kami langsung turun ke lokasi mendengar keluhan dari masyarakat dan ternyata benar, kami menilai pekerjaannya tersebut di bawah standar,”jelasnya.
“Saya atas nama koordinator investigasi LSM SIRA meminta kepada dinas terkait agar turun langsung kelokasi dan segera bertidak tegas menegur dan melakukan penataan ulang agar mutu dan kwalitas kontruksi bangunan irigasi saluran air kokoh dan sesuai spek,”tegas Yusuf. sampai berita ini diterbitkan konsultan pengawas belum bisa dihubungi.
Ramzi/Bemo